Misteri Keramat Cijulang dan Kisah Eyang Prabu Waseh

Jum'at, 21 Oktober 2016 - 05:00 WIB
Misteri Keramat Cijulang dan Kisah Eyang Prabu Waseh
Misteri Keramat Cijulang dan Kisah Eyang Prabu Waseh
A A A
Nama Eyang Prabu Waseh bagi sebagian warga Cijulang begitu dikenal, karena makamnya di dekat Bandara Nusawiru begitu dikeramatkan. Tak jarang keberadaannya selalu dikaitkan dengan kejadian-kejadian aneh yang kerap muncul tiba-tiba.

Salah satunya saat tergelincirnya pesawat latih jenis Cessna 172 PK-IUA milik sekolah penerbangan Bandung Pilot Academy (BPA) di Bandara Nusawiru Kecamatan Cijulang, Pangandaran, Jumat 3 Mei 2013 yang menyisakan cerita mistis.

Warga setempat menilai waktu terjadinya kecelakaan itu merupakan hari Tatar Galuh. Salah satu penyebab terjadinya insiden pesawat Cessna yang dipiloti warga Bandung Rudi Herwin Cahyadi itu dipercaya akibat teguran mahluk gaib.

Salah satu tokoh spiritual asal Cijulang Abah Kundil menyebutkan pesawat Cessna yang tergelincir itu sebagai teguran.

"Kejadian yang dialami pesawat Cessna kemarin itu, mungkin salah satu teguran dari penunggu atau lelembut Bandara Udara Nusawiru yang disebut tempat makam keramat Eyang Prabu Waseh yang berada di sebelah kanan bangunan Bandara," katanya.

Di situ, kata dia, terdapat sumur serta pohon wareng yang dilingkari oleh tembok, konon itu merupakan tempat berkumpulnya kerajaan para lelembut.

Menurutnya, bentuk teguran dari Eyang Prabu Waseh, karena pilot terus tetap melakukan aktivitas latihan terbang pada waktu menjelang salat Jumat.

Selain sebagai Bandara, di daerah Nusawiru terdapat situs cagar budaya yang hingga saat ini dikeramatkan oleh warga setempat, dalam uga atau terawangan orang tua dahulu dalam buku sejarah Kacijulangan tersirat warga Cijulang merupakan keturunan Sunan Raja Mandala.

Abah Kundil mengatakan, Sunan Raja Mandala merupakan salah satu keturunan Kerajaan Pajajaran dan dikaruniai lima anak laki-laki, diantaranya, Nini Gede Aki Gede atau Sembah Gede, Jang Pati, Jang Singa atau Maung Panjalu, Jang Raga, Jang Langas atau Sembah Agung.

“Semua anaknya disebar diutus ke berbagai daerah untuk mengembangkan Agama Islam. Nini Gede Aki Gede diutus oleh Sunan Raja Mandala ke wilayah Banyumas, Purwokerto yang waktu itu masuk wilayah kerajaan Galuh, di Banyumas Purwokerto tepatnya di Baturaden yang cirinya ada keramat maqom Batire Raden atau teman Raden,” kata Abah Kundil.

Masih dikatakan Abah Kundil, titel Raden merupakan ciri khas suku sunda, karena kalau suku jawa adalah Ndoro.

Sedangkan Jang Pati diutus ke Jambansari Ciamis, sementara Jang Singa diutus ke Panjalu sedangkan Jang Raga diutus ke Mangunjaya dan Jang Langas diutus ke Batukaras.

“Sunan Raja Mandala memiliki saudara bernama Liman Sanjaya dan Sanghiang Wiruna atau Eyang Prabu Waseh yang saat ini maqomnya di lokasi Nusawiru, lokasi tersebut hingga saat ini dikeramatkan oleh masyarakat Cijulang,” tambah Abah Kundil.

Dalam buku sejarah Kacijulangan Nusawiru dulunya bernama Gunung Amparan yang merupakan dataran tertinggi se Nusa Jawa, tempat tersebut merupakan tempat berkumpulnya para mahluk gaib se tanah Jawa.

“Para mahluk gaib merumuskan permasalahan dan mengesyahkan keputusan dipimpin oleh Sanghiang Wiruna, hingga akhirnya Sanghiang Wiruna dikukuhkan dan diberi gelar Eyang Prabu Waseh,” papar Kundil.

Selain itu dalam buku sejarah Kacijulangan tersirat uga yang kalimatnya, Cijulang ngadeg ku anjeun, mun geus bener jajarana, dicirian ku sumur Bandung nu jadi tangtungan, Tangkal wiru di gunung ampar-amparan. Domdoman nu jadi tangkal kaheman, harendong tempat euntreupna papatong.

“Artinya daerah Cijulang bakal menjadi salah satu daerah yang maju dari berbagai aspek, salah satu contoh, hutan belantara sekarang menjadi Bandara Nusawiru,” pungkas Abah Kundil.

Selain itu beberapa waktu lalu warga Cijulang juga dikagetkan dengan berita kemunculan King Cobra berukuran panjang 6 meter dengan lingkaran badan 50 centimeter yang meresahkan warga di Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang.

Salah satu warga setempat Sri Wahyuni (25) mengatakan, ular tersebut diperkirakan memiliki panjang 6 meter dengan diameter 50 centimeter sangat meresahkan warga setempat.

“Kami resah lantaran takut ular itu memangsa manusia dan kami mensinyalir di rumpun pohon dahon itu masih banyak ular yang sejenis dengan ukuran yang lebih besar,” kata Sri Wahyuni.

Sementara Tatang warga lainnya mengatakan, munculnya ular di lokasi Pohon Dahon tersebut di luar nalar manusia, dia mensinyalir ular tersebut ular jadi-jadian.

“Lokasi Pohon Dahon itu dekat dengan lokasi Bandara Nusawiru, dulu sebelum Nusawiru jadi Bandara hutan belantara dan tempat berkumpulnya para siluman,” kata Tatang.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9121 seconds (0.1#10.140)