Singa Barong, Kereta Pusaka Kebanggaan Kesultanan Cirebon

Minggu, 20 Maret 2016 - 05:00 WIB
Singa Barong, Kereta Pusaka Kebanggaan Kesultanan Cirebon
Singa Barong, Kereta Pusaka Kebanggaan Kesultanan Cirebon
A A A
Kereta Singa Barong, sebuah representasi akulturasi masyarakat Cirebon, Selasa (15/3/2016) lalu diarak keliling Kota Cirebon dalam sebuah kirab budaya. Bersama pasukan prajurit Keraton Kasepuhan Cirebon, kereta pusaka kebanggaan Kesultanan Cirebon itu 'menginvasi' salah satu pusat belanja di pusat kota.

Kereta Singa Barong yang diarak kala itu dan mendapat perhatian dari ratusan warga sesungguhnya replika dari kereta aslinya yang telah termakan usia dan disimpan di Museum Kereta Singa Barong, di seberang Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan Cirebon.

Meski begitu, perlakuan yang diperoleh replika Kereta Singa Barong itu nyaris sama dengan kereta asli. Lantunan doa dan wewangian dari sesaji mengiringi perjalanan kereta itu.

Singa Barong, Kereta Pusaka Kebanggaan Kesultanan Cirebon


Replika Kereta Singa Barong diarak dari Keraton Kasepuhan menuju sebuah pusat belanja di kawasan Jalan Cipto Mangunkusumo, Kota Cirebon. Di pusat belanja itu, kereta tersebut terpajang selama beberapa waktu, sebagai salah satu perwakilan budaya lokal.

Kereta Singa Barong menjadi salah satu ikon budaya Cirebon yang menyimpan kebanggaan di balik pembuatannya.

Asal nama Kereta Singa Barong berasal dari kata 'Singarani' yang artinya 'memberi nama' dan 'Barong' berarti 'bebarengan atau bersama-sama'. Jadi, Singa Barong setidaknya berarti memberi nama sama-sama.

Dibuat sekitar abad ke-15, kereta ini menjadi kebanggaan karena dibuat oleh penduduk lokal Cirebon.

"Hampir semua kereta di keraton-keraton Indonesia merupakan buatan Eropa. Berbeda dengan Kereta Singa Barong yang dibuat oleh cicit Sunan Gunung Jati yakni Panembahan Losari dan ahli ukirnya berasal dari Kaliwulu, Kabupaten Cirebon, pada abad ke-15," jelas Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat.

Kereta ini menggambarkan tiga makhluk yakni gajah, burung (garuda), dan naga.

Arief merinci, burung menggambarkan budaya Timur Tengah dalam hal ini agama Islam; Gajah menggambarkan India atau Hindu; dan Naga menggambarkan Tiongkok atau Buddha.

Dengan kata lain, kereta yang ditarik oleh empat kerbau putih atau kebo bule ini menggambarkan adanya tiga budaya dari tiga agama dan bangsa yang berbeda. Konon, lambang negara Indonesia berupa Garuda Pancasila, salah satunya mengambil nilai kearifan lokal dari gambaran Singa Barong tersebut.

"Secara khusus, ini menggambarkan bagaimana bentuk masyarakat Cirebon yang berasal dari beragam bangsa dan agama. Macam-macam budaya itu muncul sebagai efek dari perdagangan luar negeri yang pernah berlangsung di Cirebon dulu," jelas Arief Natadiningrat.

Kereta Singa Barong memiliki trisula di belalai yang menjadi lambang ketajaman cipta, rasa, dan karsa manusia.

Ukiran pada Kereta Singa Barong cukup indah. Di belakang Kereta Singa Barong, menempel pada dinding, adalah tombak berbendera kuning yang disebut Blandrang, yang dibawa prajurit Panyutran sebagai barisan kehormatan.

Ukiran pada bagian belakang Kereta Singa Barong berbentuk menyerupai gumpalan-gumpalan awan hijau dengan ornamen keemasan di dalamnya.

Dikutip dari disbudparporakabcirebon.blogspot.co.id, Kereta Singa Barong telah mengenal suspensi dengan menyusun per (pegas) lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada empat rodanya.

Dengan teknologi suspensi ini, selain terasa empuk, badan kereta juga bisa bergoyang-goyang ke belakang dan ke depan. Bergoyangnya tubuh kereta ini bisa membuat sayap kereta bergerak-gerak dan nampak seperti terbang.

Kereta Singa Barong biasanya dikeluarkan pada saat kirab 1 Muharam dan Pelantikan Sultan. Sejak tahun 1945, Kereta Singa Barong yang asli tidak dikeluarkan lagi pada saat kirab, setelah dibuat replikanya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3167 seconds (0.1#10.140)