Padamkan Kebakaran Hutan, Panglima TNI Dukung Pembangunan Kanal Air

Senin, 12 Oktober 2015 - 01:01 WIB
Padamkan Kebakaran Hutan, Panglima TNI Dukung Pembangunan Kanal Air
Padamkan Kebakaran Hutan, Panglima TNI Dukung Pembangunan Kanal Air
A A A
KAYUAGUNG - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mendukung pembangunan kanal untuk mengatasi kebakaran hutan.

Gatot menjelaskan, pemerintah sudah mengerahkan pesawat untuk memadamkan hutan yang terbakar.

Akan tetapi, api berhasil dipadamkamkan namun tetap muncul asap karena lapisan gambutnya masih membara.

Gatot berpendapat membangun sekat kanal dan embung air merupakan salah satu solusi pemerintah dalam mengatasi kebakaran lahan. Terutama di lahan gambut yang sulit dipadamkan.

"Sekat akan menjaga kadar air di lahan gambut, atau membuatnya tetap basah, sementara embung dapat menjadi sumber air saat melakukan pemadaman, Maka tidak ada alternatif lain, kita membuat sekat kanal berisi air, sehingga rembesan air dapat memadamkan bara," katanya saat meninjau upaya pemadaman kebakaran hutan di Musi Banyuasin (Muba) dan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Minggu (11/10/2015).

Mantan KSAD ini menerangkan, selain dampak El Nino yang mengakibatkan kemarau yang kering tahun ini, pemadaman kebakaran di lahan gambut menjadi tantangan tersendiri.

TNI mengajak pihak swasta yang memiliki konsesi di daerah tersebut untuk bersama bahu membahu membangun sekat kanal, satu diantaranya adalah Asia Pulp & Paper (APP) dan perusahaan pemasoknya.

Direktur APP Suhendra Wiriadinata menyambut baik ajakan Panglima TNI untuk membantu memadamkan lahan hutan yang terbakar.

Pihaknya melakukan upaya pemadaman api melalui pembuatan sekat kanal serta perluasan sekat bakar dengan mengerahkan seluruh peralatan yang ada untuk pemadaman kebakaran,

"Kami menyambut baik arahan dan masukan Panglima TNI agar upaya pembangunan kanal
dapat lebih efisien dan pembasahan lahan lebih optimal, " ungkapnya.

Suhendra mengatakan, kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu tantangan terbesar dalam industri ini.

Perusahaan bubur kertas (pulp) dan kertas membutuhkan kayu sebagai bahan dasar dan jika kayu ini terbakar, maka produksi terhambat, Kerugian tidak hanya dari sisi lingkungan dan kesehatan, tetapi juga dari sisi ekonomi.

Menurutnya, bagi pemegang konsesi hutan tanaman industri, diperkirakan kerugian investasi pembangunan hutan tanaman industri yang terbakar berkisar Rp16 juta-Rp20 juta/hektare, juga kehilangan potensi pendapatan dari penjualan tanaman yang terbakar, terganggunya kegiatan operasional pengelolaan hutan dan pemanenan, hingga terganggunya pasokan bahan baku bagi industri hilirnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6369 seconds (0.1#10.140)