2 Bulan Air Tak Mengalir, Puluhan Ibu Ngamuk di Kantor PDAM

Senin, 21 September 2015 - 15:04 WIB
2 Bulan Air Tak Mengalir, Puluhan Ibu Ngamuk di Kantor PDAM
2 Bulan Air Tak Mengalir, Puluhan Ibu Ngamuk di Kantor PDAM
A A A
PADANGSIDIMPUAN - Puluhan ibu-ibu dari Kampung Melayu, Kelurahan Bincar, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan, mengamuk di kantor Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirtanadi, Senin (21/9/2015). Sebab, sejak dua bulan terakhir, air tidak pernah mengalir ke rumah mereka.

Menurut pantauan, puluhan ibu-ibu tersebut berteriak-teriak setelah sampai ke kantor Tirtanadi yang berada di Jalan Cuk Nyak Dien karena ingin mendapatkan keterangan kenapa aliran air mereka tidak mengalir.

Aksi adu mulut antara para ibu-ibu dan petugas di kantor itu tidak bisa dielakkan. Mereka marah karena ulah pegawai yang terkesan tidak menghormati kedatangan warga.

Para pegawai di perusahaan air minum milik daerah itu terlihat langsung kabur ketika melihat kedatangan ibu-ibu itu. Mereka bersembunyi di dalam ruangan agar tidak terlihat oleh ibu-ibu.

Menurut warga, sejak 2 bulan yang lalu, air sudah tidak mengalir ke rumah mereka. Padahal, setiap bulan mereka selalu mendapatkan tagihan dari pihak perusahaan.

Anehnya, meski air mati, namun rekening tagihan tetap meningkat. Apabila dipertanyakan kepada para petugas, mereka selalu mendapatkan jawaban yang tidak jelas dari petugas tersebut. Akibat tidak adanya air, warga terpaksa harus mengambil air dari sungai dan terkadang dari parit yang ada di sekitar rumah.

Banyak aktivitas warga terganggu, bahkan sejumlah warga terpaksa harus menutup warungnya akibat ketersediaan air tidak ada. Selain itu, khusus bagi warga yang muslim, mereka sering tidak Salat karena ketersediaan air tidak ada.

“Sudah berbulan-bulan air ke rumah saya mati (tidak mengalir), tapi tagihan rekeningnya tetap meningkat setiap bulannya, mulai dari Rp80 ribu hingga Rp120 ribu per bulannya,”ujar Derliana (40) salah seorang warga yang mendatangi kantor PDAM Tirtanadi tersebut.

Menurutnya, usaha warung kopi yang sudah dia geluti sejak beberapa tahun yang lalu kesulitan untuk memperoleh air. Sehingga dia terpaksa menutup warung apabila air tidak ada.

”Kadang saya harus membeli dari galon, sehingga menambah uang pengeluaran, padahal saat ini ekonomi sedang terpuruk,”ungkapnya kepada wartawan ketika ditemui.

Lain lagi pengakuan Nur Cahaya (38). Menurutnya, meski air tidak mengalir ke rumahnya, namun rekening tetap meningkat setiap bulan. Padahal, apabila dihitung-hitung, tagihan yang diperolehnya bisa lebih rendah, karena air jarang hidup.

”Kalau bulan yang lalu, tagihan Rp150 ribu, padahal air tidak pernah hidup,”ujarnya. Banyak aktivitasnya yang terganggu, seperti untuk menunaikan Salat.

Mereka harus mandi dan bersuci ke sungai, sehingga untuk melaksanakan Salat tidak bisa tepat waktu. Selain itu, anggota keluarganya juga kesulitan untuk mengadakan aktivitas terutama anak-anak yang akan pergi ke sekolah.

Kepala Bagian Pemasaran Dan Langganan PDAM Tirtanadi Cabang Tapsel, Sulitno Laiya mengatakan, kondisi tersebut terjadi akibat banyaknya peralatan seperti pipa air yang mengalami kebocoran (rusak).

Dia mengatakan, untuk memperbaikinya sangat sulit, karena jarak pipa tersebut jauh dan di hutan-hutan. Dia mengungkapkan, pihaknya akan berusaha mengalirkan air sekali dalam tiga hari.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5164 seconds (0.1#10.140)