Aiptu Wazir, Polisi yang Juga Pengasuh Pondok Pesantren

Kamis, 28 Mei 2015 - 08:30 WIB
Aiptu Wazir, Polisi yang Juga Pengasuh Pondok Pesantren
Aiptu Wazir, Polisi yang Juga Pengasuh Pondok Pesantren
A A A
NAMANYA Aiptu Wazir Arwani Malik. Sehari-hari, dia bertugas di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng. Selain itu, Wazir ternyata juga dikenal sebagai guru sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Hadi Girikusuma, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.

Kepada wartawan, Wazir mengaku sudah menjalani profesi sebagai pengasuh pondok pesantren lebih dari 20 tahun. Profesi itu bahkan dilakukan sebelum dirinya menjadi anggota polisi.

"Saya menjadi pengajar agama di pondok pesantren sebelum menjadi polisi. Meski saat ini sudah menjadi anggota polisi, mengajar agama tidak dapat lepas dari kehidupan saya," kata pria kelahiran Demak, 28 Februari 1968 itu mengawali obrolan.

Besar di lingkungan keluarga santri membuatnya tertarik mengabdi di dunia pesantren. Sehingga, apa yang ia lakukan dalam mendidik santri dan siswa bukanlah pekerjaan, melainkan kewajiban yang sudah dilakukan keluarganya secara turun-temurun.

"Sementara, menjadi anggota polisi awalnya saya tidak tertarik karena dulu bercita-cita menjadi anggota TNI AU. Namun, karena terus gagal dan dorongan dari keluarga menjadi anggota polisi, akhirnya saya menyetujuinya," tambah perwira yang memiliki 980 santri itu sambil tersenyum.

Pria yang memulai karier sebagai polisi sejak tahun 1992 itu menerangkan, meski sibuk dengan tugas sebagai anggota polisi, dirinya tidak pernah melupakan tanggung jawab sebagai pengajar agama di pondok pesantrennya. Dalam seminggu, dirinya mengajar selama tiga hari, yakni Selasa, Kamis, dan Sabtu.

"Saya mengajar saat pulang kerja yakni sore dan malam hari. Soalnya itu saya sudah lepas dari kedinasan sebagai anggota polisi. Namun kadang saat ada keadaan yang mendesak, mengajar saya wakilkan."

Selama mengajar di pondok pesantrennya itu, Wazir tidak pernah mengharapkan imbalan dari para santrinya. Meski kondisi ekonominya dibilang pas-pasan, dirinya enggan mematok tarif atas ilmu yang diajarkannya itu.

"Sama sekali saya tidak meminta bayaran dan berarap pun saya tidak pernah. Bagi saya ini bukanlah bisnis, melainkan perjuangan dan sebagai upaya melanjutkan cita-cita keluarga saya," tegasnya.

Salah satu santri Wazir, M Lutfil Hakim (16), mengaku bangga dengan kiprah sang kiai yang berprofesi sebagai polisi itu. Menurutnya, dalam mengajar Aiptu Wazir selalu menekankan pada aspek sains agar menjadi inovasi bagi santri.

"Bapak Kiai (Aiptu Wazir) kalau ngajar sering pakai IT. Contohnya menerangkan soal bahaya narkoba biasanya pakai pendekatan agama dan ilmu modern," ujar siswa kelas 1 Madrasah Aliyah tersebut.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5864 seconds (0.1#10.140)