Demo Harkitnas di Semarang, Mahasiswa Bentrok dengan Jurnalis

Rabu, 20 Mei 2015 - 16:22 WIB
Demo Harkitnas di Semarang, Mahasiswa Bentrok dengan Jurnalis
Demo Harkitnas di Semarang, Mahasiswa Bentrok dengan Jurnalis
A A A
SEMARANG - Demo memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang digelar mahasiswa di depan Kantor DPRD Provinsi Jawa Tengah, Semarang, Rabu (20/5/15), berakhir ricuh. Mahasiswa terlibat bentrok dengan jurnalis yang bertugas meliput kegiatan tersebut.

Kejadian itu terjadi di tengah demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dari gabungan dari berbagai universitas di Kota Semarang itu. Saat itu, puluhan wartawan dari berbagai media yang bertugas di Kota Semarang sedang meliput aksi tersebut.

Di tengah aksi itu, salah satu mahasiswa mengeluarkan kata-kata yang mengejek profesi wartawan. Mahasiswa tersebut mengatakan jika wartawan hanya bisa membuat berita bohong dan mengada-ada.

"Saya dengar mahasiswa itu mengatakan wartawan hanya bisa membuat berita dobol (bohong). Saya kemudian menceritakan itu kepada teman-teman dan mereka tidak terima," kata Kristadi Kelik, wartawan iNewsTV Jawa Tengah.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Budi Arista Romadhoni, fotografer KORAN SINDO Jateng yang juga mendengar ucapan itu. Menurut Budi, mahasiswa tersebut memang mengatakan hal bernada provokatif itu dengan jelas dan lantang.

"Jelas sekali, saat itu saya sedang mengambil gambar demo mereka. Bahkan ada yang mengatakan jika wartawan hanya kerja proyekan," ujarnya.

Mendengar pernyataan yang melecehkan tersebut, para jurnalis kemudian menarik mahasiswa yang menjadi provokator itu ke depan dan meminta klarifikasi. Setelah itu, mahasiswa tersebut diminta untuk meminta maaf secara terbuka menggunakan pengeras suara.

Mahasiswa berbadan gempal itu kemudian menyatakan permohonan maafnya kepada wartawan karena telah mengutarakan kata-kata bernada provokatif itu. Namun, di tengah permohonan maaf itu, teman-temannya melarangnya dan meminta agar jangan takut terhadap jurnalis.

Setelah itu, keributan terjadi. Puluhan mahasiswa bentrok dengan jurnalis yang terpancing emosi karena profesinya dilecehkan. Bentrokan akhirnya dapat dipadamkan setelah pihak kepolisian yang berjaga-jaga memisahkan kedua pihak.

Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah Isdiyanto menyesalkan insiden tersebut. "Pernyataan yang keluar dari mahasiswa itu sangat tidak pantas. Itu menunjukkan bahwa dia tidak memahami dan tidak mengetahui peran dan kerja pers yang bekerja di bawah perlindungan undang-undang dan Kode Etik Jurnalistik," kata dia.

Mahasiswa, lanjut dia, seharusnya mengedepankan intelektual dan tidak mempraktikkan sesuatu yang di luar nalar. Menurut dia, ejekan terhadap seorang jurnalis dapat dibawa ke ranah hukum.

"Tentu kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait dan mendalami kasus ini. Jika memang ada pelanggaran berat, maka tidak menutup kemungkinan akan dibawa ke ranah hukum," pungkasnya
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.5002 seconds (0.1#10.140)